Friday, 26 April 2013

Semangat Merah Putih (Biru ?)


        Suatu ketika layar televisi menayangkan film perjuangan pahlawan. Karena menarik, tidak ada salahnya menonton. Di dalam film itu, lima sekawan berperan menjadi intelejen Republik Indonesia. Misi mereka sungguh sangat sulit untuk tentara biasa pada jaman pasca kemerdekaan. Kesulitan mereka tidak hanya berjuang melemahkan tentara Belanda melainkan juga harus mencari ‘tikus’ di dalam TNI.

      Tim intelejen yang terdiri dari Amir, Dayan, Marius, Tomas, dan Senja memiliki latar belakang yang berbeda. Amir awalnya hanya seorang guru biasa dan dari penampilannya ia adalah seorang golongan priyayi. Kehidupannya sederhana. Saat memutuskan untuk mengangkat senjata, Amir harus meninggalkan istrinya yang sedang mengandung. Dayan berasal dari Bali. Dia merupakan seorang penganut Hindu taat. Dalam berperang, Dayan lah orang yang paling tegas. Marius pada awalnya seorang pengecut yang mempunyai darah keturunan. Kerjaannya saat istirahat dalam tugas hanyalah mabuk. Ia suka menggoda Senja yang menjadi pujaan Tomas. Tomas ialah pemuda paling emosional dalam tim. Dia seorang Katolik. Tomas mempunyai hubungan kuat dengan Senja. Ia sering terlibat adu mulut dengan Marius. Senja menjadi satu-satunya wanita dalam tim. Motifnya bergabung dengan tim adalah dendam karena kakak dan orang tuanya dibunuh oleh tentara Belanda.


            Film yang kebetulan tertonton ini merencanakan misi akhir untuk menghancurkan pangkalan udara Belanda. Kembali ditegaskan bahwa perjuangan lima orang itu tidak mudah. Amir, Senja, dan Tomas pada perang terakhir nyaris tewas dimbombardir senapan serbu.Dayan kehilangan lidah karena tidak mau membocorkan misi saat tertangkap. Marius tidak dipercaya oleh kawan setim. Penderitaan paling parah ialah ketika salah satu misi sebelum misi terakhir dibocorkan oleh rekan sesama TNI. Bocornya misi berakibat pada tertangkapnya Dayan. Sesaat sebelum Dayan muncul pada misi terakhir, mental keempat temannya telah lumpuh. Untunglah Dayan datang dan keadaan berbalik. Marius yang berusaha mengembalikan harga dirinya berperan di saat-saat terakhir dengan mengendarai pesawat terbang untuk kabur bersama timnya. Misi pada akhirnya sukses. Salah satu pangkalan udara Belanda yang telah diincar lenyap.


            Melihat perjuangan mereka tidak ada habisnya mulut mengucap syukur. Tidak disangka tekad satu tim sangat kuat untuk mempertahankan kemerdekaan. Semangat merah putih dalam dada mereka tak pernah padam. Sayangnya, semangat merah putih kelimanya mulai pudar akhir-akhir ini.


            Semangat merah putih terlihat berganti menjadi semangat penjajah. Pemimpin-pemimpin bangsa yang haus menghisap darah rakyatnya sendiri. Mereka hanya mengincar kekuasaan, tak ada bedanya dengan tentara berkulit putih di masa lalu. Kalau mau bukti, lihat saja koran di pagi hari yang selalu dipenuhi dengan konflik politik. Berita semacam itu misalnya pemimpin yang mengamankan partai, ada juga mafia yang tidak bertanggung jawab setelah menyemprotkan lumpur, menteri yang menyalonkan diri sebelum periode kabinet berakhir, dan kasus lainnya yang membuat mata berkunang-kunang.

         Andai saja mereka melihat film perjuangan lima sekawan itu, terbersit pikiran apakah mereka masih seperti sifat lamanya. Muncul pula pertanyaan apakah mereka mempunyai keberanian menyobek warna biru dalam jiwa mereka seperti perjuangan pemuda di Surabaya puluhan tahun yang lalu. Andai saja mereka telah melihat dan tetap seperti sedia kala, tidak ada salahnya banyak manusia yang menjadi Wibisana, salah seorang karakter dalam wayang. 

             

No comments:

Post a Comment