Tuesday, 6 September 2016

[English Course] The Simple Present Tense dan The Present Continuous/Progressive

7/9/2016

Baiklah, pada kesempatan kali ini mari kita belajar bahasa Inggris bersama. Kalimat dalam bahasa Inggris pada dasarnya hampir sama dengan dengan bahasa lainnya yakni membutuhkan 1 Subyek dan 1 Predikat. Kekurangan atau kelebihan salah satu elemen dapat dikatakan sebagai sebuah kalimat yang salah. Dalam bahasa Inggris, ada setidaknya 12 jenis kalimat. Sekarang kita fokus dulu ke simple present dan present progressive tense.

Simple present tense
1. Ketentuan
  • ·        digunakan untuk menjelaskan suatu fakta umum
  • ·        mengekspresikan kebiasaan atau aktivitas sehari-hari

2. Contoh
  • ·        The sun comes from east to west.
  • ·        Mr. Smith swims every Saturday morning.

Present progressive tense
1. Ketentuan
  • · mengungkapkan aktivitas yang sedang berlangsung saat ini dan bersifat temporer/sementara
  • ·        dapat dipakai untuk menjelaskan suatu kebiasaan (sama halnya dengan simple present), namun ada jangka waktu tertentu

2. Contoh
  • ·        Mrs Bourne is studying biology in the class.
  • ·        Luke is taking trigonometry class in this semester.


Exercise
1. Diane (wash) …………… her hair every other day.
2. Please be quite. I (try) ………… to concentrate.
3. Dwayne cannot come to the phone because he (wash) ….  his hair.
4. We (always,lock) ……….. the door before we (go) …. to the school.

Reference :

Azar, Betty S. (2002). Understanding and English Grammar Third Edition. New York: Pearson Education.

Sunday, 4 September 2016

Andaikan Serangan Zombie Mendekat

4/9/2016


Pernah menonton World War Z? I am Legend? atau 30 Days of Night? Kalau iya, pastilah kalian tau kesamaan dari ketiga film itu. Benar. Ketiganya bercerita tentang adanya serangan zombie/vampire/manusia terinfeksi. Betapa mengerikannya ketika manusia normal tergigit atau terinfeksi kemudian berubah menjadi zombie. Mengesampingkan logika dan kenyataan, aku mencoba berimajinasi apabila situasi seperti itu benar-benar datang. Ada beberapa peralatan dan perlengkapan yang akan kubawa, yakni:


1.  Makanan kaleng, air, dan pembuka kaleng
            Aku akan membawa ketiganya untuk bekal yang cukup, setidaknya untuk 1 bulan, entah dengan cara membeli atau menjarah toko. Seketika itu terjadi, aku pasti mendatangi minimarket dahulu untuk memborongnya. Air bersih sangat esensial. Bisa jadi kala itu terjadi air sudah tercemar radiasi atau sangat langka untuk dicari. Kalaupun bisa mengambil dari tanah, aku teringat dari ketiga film zombie itu bahwa zombie sangat peka dengan suara. Jadi, aku akan menghindari mesin pompa air beroperasi dan membeli air kemasan sebanyak mungkin. Makanan kaleng aku pilih karena sangat awet, walaupun rasanya belum tentu enak, tetapi setidaknya aku tak mati kelaparan. Tentu harus ada pembuka kaleng untuk membukanya hehe.

2. Pedang tajam sepanjang minimal 1 meter
            Senjata sangat krusial untuk menjaga diri dari serangan zombie, hewan buas, atau manusia yang ingin menyakiti. Pistol tidak aku pilih karena keterbatasan amunisi serta terlalu berisik, meski memakai pemadam suara. Sempat berpikir memakai panah, namun butuh akurasi untuk memakainya serta terbatasnya anak panah. Jika ada zombie menyerang, penggal saja kepalanya dan habislah perkara. (Butuh sense of murderer di sini hehe)

3. Baju tebal dan sepatu
            Meski saat itu panas, baju tebal dan sepatu patut dipersiapkan. Beberapa baju tebal (dari atas sampai bawah) diperlukan untuk mencegah dingin yang kapanpun bisa saja datang. Selain itu, andaikan ada zombie yang mengigit, setidaknya tidak mencapai kulitmu sehingga tidak tertular jadi zombie. Sepatu penting untuk lari tanpa kesakitan karena menginjak benda tajam

4. Antibiotik, alcohol, penisilin, dan jarum suntik
            Berjaga-jaga dari infeksi, entah tergigit zombie atau infeksi lainnya. Semoga tidak pernah memakai barang-barang ini sih.

5. Pemantik api
            Dibutuhkan untuk membuat api unggun atau memasak. Yang pasti api sangat berguna.

6. Senter dan baterai cukup
            Anggap saja kalau terjadi, listrik pasti mati total karena pegawai PLN udah jadi zombie semua. Disinilah senter sangat berguna. Baterai juga multifungsi, selain untuk menghidupkan senter.

7. Pisau, gunting, dan peralatan tajam kecil lain
            Bukan untuk senjata utama, melainkan untuk memotong sesuatu atau kebutuhan lainnya yang tentu banyak.

8. Basecamp          
            Temukanlah satu rumah yang udah dipastikan aman. Isolasi rumah itu dan berdiamlah selama mungkin di situ.

9. Radio dan HT
            Sinyal telepon mungkin sudah menghilang setelah provider telepon seluler ditutup. Berkomunikasi dengan HT, meski terkesan sederhana, HT cukup efektif untuk berkomunikasi dengan volume seminimal mungkin, sekaligus siapa tahu dalam satu frekuensi bertemu dengan manusia normal lain. Radio dipilih dengan catatan dapat digunakan untuk melakukan siaran. Seperti halnya HT, dengan radio aku akan berusaha untuk menemukan eksistensi manusia normal.

10. Tali
            Entahlah, pasti barang ini berguna untuk banyak hal, semisal kabur ketika basecamp diserang.

How about you ?

Saturday, 3 September 2016

Childhood (part 1)

3/9/2016

Hompimpah alaium gambreng
kuda lumping di atas genteng
Mak lampir pake baju rombeng

          Tahu lirik itu? Atau baca sambil nyanyi? Kalau iya, berbahagialah dirimu hahaha.... Sore itu, sekitar 13 tahun yang lalu, enam orang anak menyanyi syair tersebut dengan riang gembira. Tidak ada yang mencoba membahas pe-er (pekerjaan rumah), materi pelajaran, bahkan les sekalipun.  Ya, setelah 3 baris lagu itu selesai, seseorang yang kalah akan menjadi penjaga, sedangkan yang lain sembunyi entah dimana. Petak umpet. Itulah nama permainannya. Ada yang mencoba ngumpet (bersembunyi) di warung, ada yang di balik mobil (lebih tepatnya dibalik ban belakang biar gak kelihatan kakinya LOL, ada pula yang memanjat pohon, sedangkan aku sendiri suka berjongkong di tembok pagar tetanggaku. Sebuah kesenangan ketika aku dapat mengelabui penjaga dan berteriak JIPONG  (tanda aku berhasil memperoleh keistimewaan untuk tidak menjadi penjaga diputaran berikutnya). Bahagia yang sangat sederhana. Suatu kondisi yang rasanya seperti mencari ketenangan di tengah kota.

          Tiga belas tahun berikutnya, aku berkunjung ke salah satu kerabat. Di situ ada kakak beradik dengan situasi yang cukup sunyi. Kutanya mereka ,” gak pada main tho? (main disini maksudnya keluar bareng teman2nya)”. Senyuman cukup menjadi jawaban bagi mereka. Kulihat dengan senangnya masing-masing mereka bermain Candy Crush dan Clash of Clan. Wah kekinian, pikirku. Aku mencoba keluar dari pekarangan dan memang sepi jalanan, tidak seperti depan rumahku dahulu yang penuh tawa canda. Mungkin jaman sudah berubah. Kenangan itu pasti akan kurindukan. Aku pernah mendengar bahwa masa kecil ketika umur balita hingga masa-masa SMA akan menjadi memori yang bakal dijunjung tinggi. Yah..aku sendiri mengakui aku membanggakan masa-masa kecilku yang diisi permainan dengan teman sebaya. Pertanyaan kemudian menggelayuti pikiranku. Apakah bocah yang kutemui ini beserta teman segenerasinya akan membanggakan dan menyanjung tinggi keasyikan bermain perangkat pintar itu dimasa mendatang?


Introducing Myself

Hai sahabat blogger, panggil saja aku Beverly (bukan nama sebenarnya; ya kali mirip acara terkait kriminal haha). Aku seorang dari generasi Y yang sedang mencoba menikmati jalannya hari. Bekerja di sebuah organisasi internasional, translator, maupun pengajar adalah cita2ku. Jadi, jika ada pembaca yang lewat dan tahu tipsnya biar bisa jadi seperti itu, bagi yak hehehe.. I think that’s all and if you have any question just ask me 


Wednesday, 11 September 2013

Karena Mu

Karena Mu
Manisnya madu ku tak peduli

Karena Mu

Jalan terjal ku lalui

Karena Mu

Aku melawan sang waktu

Karena Mu

Kusimpan semua pilu

Karena Mu

Sindiran kelabu kusapu

Karena Mu

Aku tak kenal kematian

Karena Mu

Ku tahu aku adalah insan dunia

Karena Mu

Ku bertemu ambisi dan harapan

Karena Mu

Aku dapat menggenggam eratTanganmu yang menantikan masa depan





#dibuat 12 September 2013 sambil mendengarkan lagu Because of You - Kelly Clarkson

Culture Shock (bag.1)

Sejujurnya, pertama mendapat inforamasi itu aku terkejut. Salah satu dari adik angkatan berasal dari luar negeri, belum mengerti bahasa negara tujuan, berasal dari negara yang memakai English sebagai bahasa kedua. Maksudku, bahasa nasional "sepertinya" lebih diutamkan.

Kebetulan aku menjadi kakak angkatan pendampingnya, setidaknya selama setengah semester bersama kedua temanku. Sepintas tidak ada masalah walaupun kemampuan berbahasa Inggrisku masih terpaku pada intermediate level. Problema baru kuketahui setelah aku bertemu dengannya. Aku tahu seperti apa sesuatu yang dihadapi olehnya karena saat itu aku terbawa memori beberapa tahun yang lalu.

Aku ingat ketika aku masih memakai hem putih, celana dan dasi berwarna merah, kaos kaki 15cm di atas mata kaki, dan sepatu hitam. Itu adalah awal masa orientasi SMP. Aku mencoba mengajak berbicara teman 'senasib'. Gak nyambung. Ya jelas aja gak nyambung karena aku berasal dari sekolah asal yang berbeda. Bisa dibayangkan dirimu ada di sekumpulan makhluk aneh yang gak ngerti apa yang kamu omongin. Atau dengan kata lain akulah yang jadi makhluk aneh itu dihadapan mereka -__-

Aku sudah merasa payah menghadapi masalah seperti itu. Bagaimana dengan 'adik bimbinganku' ini ? Jelas tak mungkin membuat semua orang di sekitarnya mengerti bahasa aslinya. Jelas tak mungkin pula menjadikan adikku ini bercakap-cakap memakai bahasa Merah-Putih. Bahasa Inggris bisa saja berperan sebagai 'mediator'. Namun, tak semudah itu juga bahasa ini menjadi perekat antara ia dan lingkungannya.

Culture shock. Dua kata ini katanya wajar dimiliki oleh seseorang yang tiba-tiba terdampar di sebuah negeri asing. Budaya, bahasa, dan tentu saja cara hidup akan berubah drastis karena frase tersebut. Yang sukar dimengerti ialah efek lanjut dari culture shock. Lain kali akan kujelaskan setelah aku membimbing temanku ini yak :D


Saturday, 31 August 2013

Salam Perpisahan

Pernahkah gendangmu terbangun
Ketika desiran dedaunan menyelimuti malam
Pernahkah langkahmu terbenam
Tak mampu menggapai angan


Pernahkan sorot matamu melantunkan nada sendu
Memandang kilau angan yang kian meredup
Pernahkah jarimu terkatup erat
Memohon untuk menatap kilas parasnya


Pernahkah jiwamu terpasung
Berdiri di dalam relung waktu nan pekat
Pernahkah kulitmu  memberontak
Terpukul oleh dinginnya malam yang tak kunjung menghilang


Pernahkah hatimu berbisik
Menginginkan ragamu bersanding
Dengan hati yang telah pergi